Selasa, 16 April 2013

Lyric Romanization with english translation Davichi – Be Warmed


Davichi – Be Warmed

kkeutnan jul arasseo
chingudeuri malhaejwotdeon
ibyeorui gongsik geudaeroraseo
jeonhwal kkeonwasseo
idaero myeochilman beotimyeon
nan neogateun geo ijeul jul arasseo

(hajiman nae anui naega)
soksagine
dasi neomankeum saranghal saram
tto eobseulgeorago
(yeogi jeogi hemaeda)
dasi naege
doraol georago
majimagil suneun eopdago

Geojitmal cheoreom
chagapge eoreotdeon naui mam
ne apeseon noganaerineun geol
chuun gyeoureseo
bomeuro gyejeori bakkwideut
neo ttaemune noganaerineun jung

sareureuk sareureuk
noganaerineun jung
sareureuk sareureuk

geu ttaen wae geuraesseo?
jigyeowoseo geuraenni
animyeon naega mwonga jalmotaetdeongeoni

(namjadeuri geureotae)
hangsang gyeote isseojugo
jalhaejugo geureomyeon an doendae
(nega joheun geol eotteokhae)
ireon nal ullineun nega miwo
yokhaebogo wonmanghadagado

[MK/HR] geojitmalcheoreom
[MK/HR] chagapge eoreotdeon naui mam
ne apeseon noganaerineun geol
[HR/MK] chuun gyeoureseo
[HR/MK] bomeuro gyejeori bakkwideut
neo ttaemune noganaerineun jung

Gone is the winter, right?
heuneukkineun ne moseup ijen deo
nan bogo sipji anha.
nae maeumi geudaero
neoege ga daheul suman itdamyeon
ama neon altende.
geuge malcheoreom swipji anha
neo geureol ttaemada muneojyeo nae mam han kyeoni
ulji ma, igeo hanaman kkok gieokhae
You’re the only one, babe
It’s true

Geojitmal cheoreom
chagapge eoreotdeon naui mam
ne apeseon noganaerineun geol
[HR/MK] chuun gyeoureseo
[HR/MK] bomeuro gyejeori bakkwideut
neo ttaemune noganaerineun jung

sareureuk sareureuk
noganaerineun jung
sareureuk sareureuk

naega baboraseo
neobakke moreuneun naraseo
geuraeseo
dasi nongneun jung

english translation

i thought it was over
because it was just as my friend told me
aboutthe formula for a breakup
so i turned off my phone
i thought, if i endure through a couple days
i would forget someone like you

(but the me inside) is wishpering
that there  won’t be aperson
that i’ll love like i loved u (that i’ll wander around here and there)
and go back to u
that this can’t be the end

like a lie
my heart froze cold
but it’s melt down in front of u
just like the season changes
From cold winter to spring
I’m melting because of u

Drip, drip
melting
drip, drip

why did u do that back then
was it because u were sick of me?
or did i do something wrong?

(they say men are like this)
they say not always be by their sides
and not to treat them well all the time
(but i like u, what to do?)
i hate u for making me cry
i curse at you and resent u but

like a lie
my heart froze cold
but it melts down in front of u
just like the season change
from cold winter to spring
i’m melting because of you

gone is the winter, right?
I don’t want to see you cry anymore
if only i could reach you, you’d know
but it’s not as easy as it sounds
every time you do that, a corner of my heart crumbles
don’t cry but remember this one thing
you’re the only one babe, it’s true

like a lie
my heart froze cold
but it melts down in front of u
just like the season changes
from cold winter to spring
i’m melting because of u

drip,drip
melting
drip, drip

because i’m a fool
because i only know u
that’s why
i’m melting again
that’s why

Sabtu, 06 April 2013

contoh pidato


CONTOH PIDATO

SEMANGAT PERSATUAN DAN KESATUAN

Assalamualaikum wr, wb.

Saudara-saudara yang berbahagia dan yang saya hormati, terimakasih yang sebesar-besarnya telah dapat hadir di tempat ini, semoga pertemuan ini menjadi suatu ajang silaturahmi dan menjadi salah satu cara untuk dapat lebih mempererat tali persaudaraan.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan yang maha esa, karena atas rahmat dan karunianya, kita masih diberi kesempatan untuk dapat hadir pada hari ini. Shalawat beserta salam senantiasa kita limpahkan kepada nabi besar kita Muhammad, saw, kepada para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya.

 Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, itulah semboyan para pejuang kita, yang telah bersemangat berperang melawan penjajah, dengan senjata sederhana, hanya dengan bambu runcing, tetapi tidak mematahkan perjuangan mereka, hanya satu harapan adalah Indonesia merdeka.

Bertahun-tahun lamanya, kita sebagai bangsa Indonesia, menderita, sengsara, miskin, buta huruf dan bodoh, kekurangn makanan, pakaian, tiada lain karena ulah para penjajah.

Selama 350 tahun Belanda menjajah Indonesia, dan kemudian Jepang selama 32 tahun. Bangsa Indonesia tak sanggup mengusirnya. Hal tersebut disebabkan para pejuang yang berperang bersifat kedaerahan, sehingga tak dapat membuahkan hasil yang maksimal demi kemerdekaan negara kita tercinta ini.

 Hingga pada akhirnya bangsa Indonesia berfikir, terutama para pemudanya, bahwa mereka tidak dapat menang melawan penjajah apabila mereka berjuang sendiri-sendiri. Mereka harus menghimpun kekuatan bersama, mereka harus bersatu, untuk membangun kekuatan, demi mengusir penjajah.

Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia mengadakan ikrar dan janji, untuk bersatu, yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku : Bertanah air satu, tanah air Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan Berbahasa yang satu, bahasa Indonesia”.

Tanggal 28 Oktober 1928, menjadi tonggak sejarah, demi untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa, membina kerukunan, sesama bangsa Indonesia karena tiada alat yang paling ampuh bagi bangsa Indonesia pada saat itu adalah persatuan dan kesatuan.  Bagaikan sapu lidi, jika diikat dalam suatu ikatan akan menjadi satu kekuatan yang maha besar.

Saudara-saudara yang berbahagia, marilah kita bersyukur, berdoa dan berjuang. Kita galang persatuan dan kesatuan. Indonesia telah merdeka 68 tahun lamanya, kita menjadikan cita-cita kita, ingin menjadi negara yang subur, makmur, gemah ripah loh jinawi, aman tentram dan damai. Walaupun saat ini kita telah bebas dari penjajah secara fisik. Tapi tahukah sebenarnya bahwa sampai saat ini kita pun masih di jajah oleh negara lain. Dengan maraknya barang-barang yang diimpor dari negara lain yang kita gunakan maka secara tidak langsung kita masih dijajah oleh negara lain.

Jadi sampai sekarang perjuangan kita belum lah berakhir. Kita masih harus meneruskan perjuangan para pejuang terdahulu dengan cara yang berbeda, misalnya dengan mencintai produk dalam negeri, dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari dan masih banyak cara yang lainnya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas segala kekurangan dan kehilapan, semoga bermanfaat apa yang saya sampaikan, dan saya akhiri dengan, wassalamualaikum wr. wb.

CONTOH PIDATO

GURU SEBAGAI SOSOK PAHLAWAN

Assalamualaikum, wr, wb.
Bapak dan Ibu serta hadirin sekalian yang berbahagia dan yang saya hormati. Alhamdulillah pada kesempatan ini kita masih diberikan kesempatan untuk dapat bertatap muka di acara ini.
Marilah kita memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang maha esa, karena kita telah diberikan berbagai kenikmatan, nikmat kita sehat walafiat, nikmat kita bisa berkumpul bersama, dan bersilaturahmi diantara kita.
Guru merupakan sosok pahlawan tanpa tanda jasa, guru adalah sosok yang harus di gugu dan ditiru, sosok yang rela berkorban demi kemajuan pendidikan.
Guru bukan saja orang yang berada di sekolah, yang biasa berdiri di depan kelas dengan mengenakan seragam dan menulis di papan tulis, tetapi semua yang telah mengajar kita, itu semua adalah guru.
Orang tua di rumah, ayah dan ibu adalah juga guru. Semua orang yang telah mengajar, melatih dan membimbing kita adalah guru. Bahkan pengalaman juga merupakan guru kita yang paling berharga. Selain itu kita juga dapat belajar dari pengalaman yang telah dialami oleh orang lain.
Bapak dan Ibu serta hadirin yang berbahagia, kita masih ingat ketika Jepang di bom atom. Dua kota penting hancur lebur yaitu, Hirosima dan Nagasaki. Tahukah bahwa hal pertama yang ditanyakan oleh pemimpin saat itu bukanlah mengenai berapa jumlah orang yang menjadi korban, berapa yang masih selamat, atau kerugian yang ditimbulkan tetapi yang ditanyaakan pertama kali pada saat kejadian tersebut berlangsung adalah berapakah jumlah guru yang masih hidup. Hal ini membuktikan bahwa yang penting adalah keberadaan guru. Karena dengan adanya guru maka tidak menjadi mustahil mereka dapat membangun kembali daerah itu menjadi kembali seperti semula bahkan menjadi lebh baik dari sebelumnya. Hal itu terbukti dengan majunya negara Jepang terutama dibidang teknologi.
Dunia pendidikan semakin berkembang, semakin maju, dan pada saat ini telah berlaku wajib belajar di kelas 9 tahun. Bahwa kita sebagai warga negara Indonesia paling tidak harus tamat Sekolah Menengah Pertama. Hal itu menunjukan bahwa pemerintah mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan itu. Pemerintah saat ini telah memberikan bantuan, yang disebut BOS atau Bantuan Operasional Siswa, yang terasa sekarang bahwa biaya pendidikan dari SD dan SMP telah digratiskan oleh pemerintah.
Selain diadakannya wajib belajar 9 tahun tetapi juga di perhatikannya mengenai kesejahteraan guru. Maka dengan demikian guru pun turut andil yang sangat penting, dalam menyelesaikan wajib belajar di kelas 9 tahun. Setelah adanya sekolah gratis maka pendidikan di Indonesia diharapkan akan semakin maju dan berkembang.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga pendidikan di negara kita semakin maju dan berkembang. Guru sebagai yang berperan, dalam dunia pendidikan, semoga lebih ditingkatkan lagi kesejahteraannya. Sekian dan terimakasih, wassalamualaikum, wr, wb. 

PERAWATAN UNTUK WAJAH BERMINYAK DAN BERPORI-PORI BESAR


PERAWATAN UNTUK WAJAH BERMINYAK DAN BERPORI-PORI BESAR

Punya pori-pori wajah yang besar emang ganggu banget. Apalagi kalau udah di tempelin bedak, pori-porinya bukannya ngilang, malah tambah keliatan banget besarnya. Selain pori-pori besar ditambah lagi sama kulit berminyak! Pokoknya kalau telat ngebersihin makeup dikit aja, pasti langsung jerawatan. Selain itu makeup juga jadi nggak tahan lama gara-gara kulitnya kelebihan minyak. Supaya makeup kita tahan lama dan pori-pori kita bisa lebih mengecil, sebaiknya kalian coba praktekin cara dibawah ini.

1. Mencari tahu penyebab utama membesarnya ukuran pori-pori.
Genetika memainkan peran yang cukup besar dalam menentukan ukuran pori-pori, dan sayangnya tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah faktor tersebut.
Minyak pada kulit secara natural akan turut menentukan ukuran pori-pori. Tubuh menghasilkan sebum (minyak kulit)  secara alami untuk mencegah kulit dari kekeringan.
Jika Anda memiliki kulit yang sangat berminyak, kotoran akan mudah menempel dan mengendap dalam pori-pori sehingga membuat pori-pori  semakin membengkak dan meregang.

2. Menjaga Kebersihan
Ternyata penyebab utama pori-pori terlihat lebih besar adalah ketika kotoran tersumbat pada wajah. Untuk itu, walau selelah apapun kita beraktifitas, kita harus rutin membersihkan wajah.  Cuci muka dengan sabun yang mengandung salicylic acid. Bahan ini akan menghancurkan minyak dan kotoran yang menyumbat pori-pori, dan membantu untuk memperbaiki permukaannya.

3. Facial Es Batu
Sebelum memakai makeup sebaiknya kita membersihkan muka kita terlebih dahulu untuk mengurangi minyak yang terdapat dalam wajah. Setelah itu ambil es batu dan usapkan ke wajah. Es batu dapat membuat pori-pori tampak lebih kecil karena efek dingin yang ditimbulkannya. Cara untuk melakukan facial es batu adalah dengan menggosokkan es batu pada bagian wajah yang berpori besar setelah membersihkan wajah, dilakukan sebelum penggunaan toner dan pelembab.

4. Toner
Toner berfungsi sebagai pembersih minyak dan kotoran yang tersisa saat membersihkan wajah sehingga dapat membantu mengecilkan ukuran pori-pori. Cara penggunaan toner adalah setelah pembersihan wajah dan sebelum menggunakan pelembab.

5. Pelembab
Pengaruh sinar buruk matahari juga dapat merusak kulit kita. Paparan sinar matahari merusak lapisan-lapisan kolagen yang menciptakan kulit wajah yang mulus. Pelembab wajah dapat mengatasi kulit kering dan mengurangi produksi minyak berlebihan di wajah. Untuk itu, ingatlah untuk selalu menggunakan pelembab agar pori di wajah dapat terlihat lebih kecil.
Kenakan pelembab yang tidak mengandung minyak, dan tidak menyebabkan alergi. Salicylic acid  kemungkinan akan menyebabkan iritasi untuk beberapa jenis kulit tertentu. Karena itu kombinasikan dengan pelembab yang lembut.

6. Foundation
Selain sebagai alas make-up, foundation ternyata juga berfungsi untuk menyerap minyak di wajah dan membuat kulit wajah tampak lembut. Untuk itu, pilihlah foundation berkualitas untuk mengakali ukuran pori-pori yang besar.
Untuk kulit yang berminyak sebaiknya menggunakan foundation berbentuk cream supaya  make up lebih tahan lama diwajah. Hindarilah penggunaan liquid foundation, karena inilah yang dapat memicu minyak pada wajah lebih banyak. Sebagai alternatif, gunakanlah foundation padat yang lebih tahan lama di wajah.

7. Bedak
Setelah menggunakan foundation, langkah terakhir adalah menggunakan bedak. Pilihlah bedak jenis bubuk, yang dapat menyerap minyak lebih baik dan tentunya memberikan efek kulit wajah yang nampak lebih lembut.

8. Kertas Minyak
Kertas minyak sangat berguna untuk menyerap minyak pada wajah Anda. Jadi jangan lupa membawa face oil paper di tas Anda. Tisu kecil ini tentu akan sangat bermanfaat untuk memaksimalkan riasan Anda agar wajah tak berminyak dan mengilap.









Selasa, 02 April 2013

FF (WAITING 4 LOVE? WAITING FOR END) cerpen


WAITING 4 LOVE? WAITING FOR END

Beberapa orang tengah berkumpul di mejanya. Mereka sepertinya sedang membicarakan mengenai latihan basket. Tiba-tiba seorang gadis masuk dan mengajak Sungjae untuk bicara berdua. Aku yang melihat hal itu timbul rasa curiga dan ku putuskan untuk mengikuti mereka.
“Bian, aku ke toilet sebentar ya.”
         “Aku ikut...”           
         “Ah? Jangan kamu disini aja.  Sebentar kok. Tunggu ya!” aku pun segera pergi mencari mereka berdua. Setelah beberapa lama akhirnya aku menemukan mereka sedang berbicara di taman belakang. Gadis itu tampak tersenyum bahagia, lalu ia mengenggam tangannya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
          Mereka sedang berbicara di bawah pohon, jadi supaya aku bisa mendengarkan pembicaraan mereka, aku pura-pura duduk di balik pohon tempat mereka bicara sambil membaca buku yang tadi aku bawa. Aku pun langsung dapat mendengarkan dengan jelas pembicaraan mereka.
          "Sungjae, makasih. Aku sangat bersyukur dan bahagia. Ini semua karena mu. Aku selalu dapat mengandalkan mu. Kamu adalah teman terbaik ku.”
          “Teman? Jadi dia bukan pacarnya Sungjae? Ah...syukurlah. Aku lega sekarang. Hm...sebenarnya apa yang sedang aku perbuat? Aku seperti penguntit. Tidak sepantasnya aku mendengarkan percakapan mereka. Sebaiknya aku pergi sekarang.”
          “Apa kau sedang menyukai seseorang sekarang? Kalau ada beritahu aku. Aku akan membantu mu sebagai ucapan terimakasih karena kamu sudah membantu ku.”
          “Orang yang di sukai Sungjae? Siapa? Siapa? Aku juga ingin tahu, apakah kamu sedang menyukai seseorang?”
          Karena aku ingin mengetahui jawabannya, aku tidak  jadi pergi dan memutuskan untuk terus mendengarkan percakapan mereka.
          “Tidak ada. Aku tidak sedang menyukai seseorang sekarang.”
          “Benarkah?”
          “Benarkah?” ups, aku keceplosan. Bagaimana ini? “BENARKAH POHON INI BERJENIS KELAMIN PEREMPUAN?” aku menunduk pura-pura sedang mencari sesuatu di bawah pohon itu. “Eh, Sungjae...sedang apa kalian disini? Kalau begitu aku pergi dulu. Permisi. Hehe... sepertinya pohon ini laki-laki, daunnya lebat sekali. Hehe...selamat tinggal.” Aku pun segera mengambil langkah seribu.
          Aku menarik napas lega setelah berhasil kabur dari sana. Aku merasa sangat senang karena ternyata saat ini Sungjae sedang tidak menyukai seseorang. Itu artinya aku masih mempunyai harapan. “Yes!”
          “Apanya yang yes?” tanya Bian yang tanpa aku ketahui sudah berada di belakang ku.
          “Itu...a...anu...yes akhirnya lega juga. Hehe...”
          “Katanya kamu pergi ke toilet tapi aku cari kesana kamu nggak ada. Sebenarnya kamu habis dari mana sih?”
          “Oh, aku emang habis dari toilet tapi cuma sebentar terus balik lagi tapi ternyata kamunya udah nggak ada terus aku cari-cari gitu deh...he...”
          “Oh...mungkin kita beda jalan. Ayo kita ke kelas.”
          Aku pun mengangguk dan pergi ke kelas bersama Bian. Saat tiba di kelas, aku melihat Sungjae sudah berada di tempat duduknya. Ia seperti tengah melihat ke arah jendela dan tidak menyadari kedatangan kami.
          Entah kenapa rasanya tidak nyaman melihatnya seperti itu. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
          Bel pulang berbunyi. Tapi karena aku ada ekskul melukis di sekolah, aku tidak langsung pulang dan segera pergi ke studio. Dari studio tempat aku melukis, aku dapat melihat anak-anak basket yang juga sedang mengikuti ekskul. Salah satu diantaranya adalah Sungjae. Saat sedang asik melihat Sungjae aku juga melihat gadis yang saat itu mengajak Sungjae untuk berbicara berdua sedang duduk menonton di pinggir lapangan.
          Sepertinya latihannya sudah selesai karena mereka semua pergi meninggalkan lapangan. Sungjae dan seorang laki-laki menuju ke tempat gadis itu duduk. Gadis itu lalu menyodorkan handuk dan juga botol minuman ke arah laki-laki yang berdiri di samping Sungjae. Gadis itu juga menyodorkan botol minuman ke arah Sungjae tapi Sungjae menolak dan mengambil botol minumannya sendiri dari dalam tasnya.
          Tidak berapa lama gadis itu dan teman laki-lakinya meninggalkan lapangan. Kini tinggal Sungjae yang duduk sendiri di sana sambil tertunduk lesu.
          “Dilla.”
          “Ah...ya.”
          “Apa kamu sudah menyelesaikan lukisan mu?”
          “Maaf...akan segera saya selesaikan.”
          Aku kembali fokus pada lukisan ku. Setelah selesai aku melihat ke lapangan basket tapi ternyata Sungjae sudah tidak ada.
          “Pak Guru...saya sudah selesai. Saya permisi pulang.”
          Aku menuju ke arah parkiran untuk mengambil motor. Tanpa sengaja aku berpapasan dengannya. Ternyata dia belum pulang, tapi dia sudah berganti pakaian tidak menggunakan seragam basket lagi.
          “Kau baru pulang.”
          “Ah! Sungjae bertanya padaku...aku harus menjawab apa?” aku panik karena saat ini kami hanya berdua saja. “Iya, kamu...juga.”
          “Ya. Kamu ikut ekskul lukis?”
          “Bagaimana kamu tahu?”
          “Bukankah kamu yang melukis dinding untuk pertunjukan tahun lalu?”
          “Ah...kamu tahu?”
          “Hm...kamu melukis dengan baik.”
          “Terimakasih.”
          Aku mencoba menyalakan motor ku tapi entah kenapa sepertinya ia tidak mau menyala. “Ah...sepertinya rusak lagi.”
          “Kenapa?”
          “Motor ku tidak mau menyala. Sepertinya rusak lagi. Maklum motor bekas. Motor ini bekas kakak ku.”
          “Kalau begitu tinggalkan saja motor mu disini. Sekarang sudah malam, aku bisa mengantar mu pulang.”
          “Benarkah?”
          “Em...naiklah!”
          Kami akhirnya pulang bersama. Aku merasa senang sekali bisa sedekat ini dengannya.
          “Apa yang biasanya kamu lukis?”
          “Ah...apa?” aku tidak terlalu mendengar pertanyaannya karena suara berisik kendaraan yang lain.
          “Kamu biasanya melukis apa?”
          “Oh...pemandangan.”
          “Kamu tidak pernah melukis orang?”
          “Tidak.”
          “Kenapa?”
          “Aku hanya akan melukis orang yang spesial.”
          “Benarkah...apa kamu ingin minum sesuatu? Bagaimana kalau kita berhenti dulu di mini market depan.”
          Kami pun berhenti untuk membeli minuman. Kami berdiri di depan tempat minuman cukup lama. Aku tidak tahu apa yang sebaiknya aku beli. Jadi aku menunggu dia mengambil terlebih dahulu lalu aku mengambil minuman yang sama dengannya. Kami duduk di luar toko sambil meminum minuman yang tadi kami beli.
          “Apakah kamu pernah membuat sebuah keputusan yang sulit?” Sungjae membuang botol minumannya yang telah habis.
          “Emm...entahlah apakah ini sulit atau tidak, tapi aku pernah merasa sulit membuat keputusan untuk melukis apa dalam lomba lukis yang aku ikuti. Aku ingin tahu apa yang perserta lain lukis. Apakah mereka  melukis hal yang sama dengan ku atau tidak. Apakah warna yang sebaiknya aku gunakan dalam lukisan ku. Hal-hal seperti itu. Kamu?”
          “Sekarang aku sedang mengalaminya.”
          “Benarkah? Apa itu?”
          “Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan hal ini atau tidak. Karena jika aku mengatakan hal ini mungkin sesuatu tidak akan sama lagi. Atau semuanya akan tetap sama  tentang satu hal. Tapi terkadang aku ingin mengatakannya hanya agar membuat hati ku merasa lebih lega. Setidaknya aku mengatakannya, walau tidak berharap lebih dari sekedar pemahaman.”
            Aku tidak terlalu mengerti dengan apa yang Sungjae katakan. “Apakah itu seperti pengakuan?”
“Hm... tapi ini bukan dosa,” Sungjae mengela nafas lalu bangkit. “Ini pengakuan yang memerlukan jawaban. Tapi kadang sebelum kita mengatakan pengakuan kita, kita sudah tahu jawabannya.” Akhirnya tanpa terasa kami sudah sampai.
            “Terimakasih.”
            “Dilla...”
            “Ya???”
            “Ini buku mu, tadi siang jatuh di bawah pohon di taman belakang sekolah.”
            “Oh... terimakasih...”
            “Oh ya...”
            “Ya???”
            “Pohon itu laki-laki.”
            “Ah???”
            “Buah pohon ginkonya tidak terbuka jadi pohon itu laki-laki. Aku pergi.”
            Aku terus melihat Sungjae pergi sampai tidak terlihat lagi. Lalu aku menatap langit yang saat itu dipenuhi dengan bintang.     Esok harinya aku sengaja pura-pura memeriksa motor ku sambil menunggu Sungjae datang di parkiran.
           “Pagi.”
           “Pagi.”
           “Motor mu belumdi bawa ke bengkel?”
           “Iya. Tapi sebentar lagi orang bengkelnya datang kok. Terimakasih sekali lagi karena sudah mengantarku pulang kemarin.”
           “Tidak masalah. Kita kan teman sekelas.”
           “Sungjae!” seseorang yang ternyata adalah gadis yang kemarin bersama Sungjae memanggil nama Sungjae.
            "Aku pergi dulu.”
            “Baiklah, sampai ketemu di kelas.”
            Sungjae lalu menghampiri gadis itu, mereka lalu berjalan bersama.
            Saat aku masuk ke kelas, Bian mengatakan bahwa guru pelajaran pertama tidak bisa masuk. Aku juga melihat kursi sungjae kosong tapi tasnya ada. Aku memutuskan untuk pergi ke studio untuk melukis. Disana aku melukis sampai tidak terasa sudah satu jam berlalu, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat sedang berjalan melewati taman belakang, tiba-tiba aku mendengar suara Sungjae yang sedang berdebat dengan seseorang. Karena pernasaran aku menghampiri ke asal suara itu.
            “Aku menyukai mu?”
            “Apa kamu bilang?”
            “Aku bilang aku menyukai mu.”
            “Kamu gila! Aku kan pacar teman kamu sendiri.”
            “Andai aku bisa memilih mencintai seseorang, aku juga berharap orang itu bukan pacar teman ku sendiri.”
            “Maaf, tapi aku tidak bisa.”
            “Aku tahu. Aku hanya ingin kamu mengetahui perasaan ku. Aku tidak menuntut mu untuk bersama ku. Aku hanya...”
            Saat aku mendenganya menyatakan cinta pada gadis lain, saat itu juga hati ku hancur. Aku idak sanggup lagi mendenganya. Aku berjalan kembali ke arah studio, kemudian membuka sebuah lukisan. Lukisan Sungjae yang belum selesai aku lukis. Aku tidak pernah menyangka akan patah hati disaat yang sama dengannya. Aku mencintai seseorang yang mencintai orang lain, dan seseorang itu juga mencintai seseorang yang mencintai orang lain. Bedanya dia masih sempat mengatakan perasaannya pada oran itu sedangkan aku tidak. Sekarang perasaan aku sudah tidak penting lagi karena aku sudah tahu perasaannya. Aku pun menyimpan lukisan itu di lemari tempat ku menyimpan semua lukisan milik ku.
            “Dilla...”
            “Sungjae?”
            “Aku melihat pintunya terbuka jadi aku masuk. Kamu sedang apa?”
            “Aku hanya...” entah kenapa air mata ku mengalir begitu saja.
“Kau menangis. Hei ada apa sebenarnya?”
“Ah... maaf... aku tidak apa-apa..” “Aku mohon jangan baik pada ku.” Bel pelajaran selanjutnya pun berbunyi. Memecah kesunyian diantara kami. “Sebaiknya kita kembali ke kelas. Pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.” Aku pun berjalan meninggalkan ruangan.
“Apakah ini lemari mu? Aku ingin melihat lukisan mu.”
Aku segera berbalik saat mendengar perkataannya. Saat aku berbalik aku melihat dia sedang membuka lemari ku dan tampak tertegun melihat sesuatu. Ia lalu mengambil lukisan dari dalam lemari.
“Ini...”
Ada juga hal yang tidak perlu dikatakan tapi dia akan mengerti dengan sendirinya.

Jumat, 01 Maret 2013


Title                 : Difference Between Destiny and Fate
Author             : PL
Main Cast      :  
- Le Min Hyuk (BTOB)
-    Peniel Shin (BTOB)
-    Bomi (APink)
-    Nam Ji Hyun (4 Minute)
Support Cast :
- Son Na Eun (APink)
Genre             : Comedy, Sad, Romance

Chapter 3

Akhirnya tidak berapa lama bus pun sampai di halte dekat sekolah. Bomi segera turun dan berlari menuju gerbang sekolah. Disaat yang bersamaan seorang siswa yang menaiki motor pun akan masuk gerbang sehingga hampir terjadi kecelakaan.
“Yak! Hati-hati. Bagaimana kalau kamu sampai tertabrak!”
“Jeosongeo...” ucap Bomi sambil membersihkan seragamnya yang sedikit kotor karena jatuh tersungkur.
“Kamu?!” siswa itu tampak terkejut saat melihat wajah Bomi.
            Bomi tidak mengerti kenapa siswa itu terkejut melihatnya. Tapi saat siswa itu membuka helm ternyata siswa itu adalah Pheniel. Bomi pun tampak heran kenapa Pheniel bisa ada di sekolahnya, karena Bomi tahu betul kalau dia belum pernah melihat Pheniel sebelumnya.
            “Gwaenchana? Ah mianhe...ayo cepat naik!”
            “Mwo?”
            “Ayo naik, dengan kaki seperti itu bagaimana mungkin kamu bisa masuk kelas tepat waktu. Ayo. Bisa-bisa kita berdua kesiangan!”
            Pheniel menarik tangan Bomi. Bomi pun naik ke atas motor Pheniel.
            “Aku minta maaf.”
            “Untuk?”
 “Kemarin...aku tidak bermaksud...”
“Sudah lah, aku juga salah. Sebaiknya kita lupakan saja semua yang terjadi.”
“Em....eh, apa kamu murid baru?”
“O...aku harus ke ruang guru dulu.”
“Apa kamu tahu dimana ruangannya?”
“Ya... sebaiknya kamu obati luka mu itu supaya tidak infeksi.”
“Em...kalau begitu aku ke kelas dulu. Terimakasih tumpangannya.”
Bomi masuk ke kelas, Na Eun yang melihat Bomi terluka langsung mendekatinya.       “Kamu kenapa?”
“Tadi aku jatuh, hehe...tapi tidak apa-apa ko.”
“Em...yak, aku dengar di kelas kita bakalan ada anak baru! Kira-kira laki-laki atau perempuan ya? Hm... semoga saja laki-laki.”
“Benarkah? Di dunia ini bisa ada yang di sebut kebetulan?”
“Mwo?”
“Aniyo.”
Guru pun masuk ke kelas, seorang pria mengikutinya dari belakang. Seperti dugaan Bomi siswa baru itu adalah Pheniel. Pheniel tampak terkejut dan tersenyum saat melihat Bomi berada di kelas yang sama dengannya.
“Anyeonghaseo...jeonun Pheniel Shin imnida..jeonun Chicago eseo watsseoyo mannaseo bangap seumnida.”
Selesai memperkenalkan diri Pheniel dipersilahkan duduk. Ia duduk di bangku kosong di belakang Bomi.
Na Eun sangat senang karena Pheniel duduk di belakangnya. Ia lalu menulis surat dalam sebuah buku untuk Bomi.
“Kya... dia sangat tampan... aku sepertinya jatuh cinta... cinta pada pandangan pertama.Menyebalkan dia mengacuhkan ku. Tapi aku tidak akan menyerah..Bomi ah.. apa kamu menyukainya? Karena aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya. Ini cinta pada pandangan pertama.”
“Cinta pada pandangan pertama? Kalau begitu aku mungkin tidak menyukainya, karena ini kali ke tiga aku melihatnya.”
“Benarkah? Dimana? Bagaimana bisa? Ah..kamu harus menjelaskan semuanya pada ku sekarang juga.”
“Nanti saja setelah istirahat.”
“Andwe...pokoknya kamu harus menjelaskan semuanya pada ku sekarang juga!” kata Na Eun tanpa sadar yang membuat semua orang di kelas melihat ke arah nya.
“Ada apa Son Na Eun? Apa penjelasan ibu masih belum jelas?”
“Ah...iya bu, saya tidak mengeri kenapa angka dua itu mirip angsa...”
“Apa? Apa maksud mu tulisan ibu jelek?”
“Tidak bu...tidak...”
“Sebaiknya kamu jangan main-main, jika ingin lulus mata pelajaran ibu.”

“Ne... Seonsaengim.”
            Akhirnya Na Eun pun berusaha menahan rasa penasarannya. Segera setelah bel istirahat berbunyi Na Eun menggandeng Bomi keluar kelas. Bomi dan Naeun pergi ke UKS untuk membersihkan lukanya.
“Sekarang ceritakan pada ku. Bagaimana kalian bisa bertemu?”
“Dia pelanggan baru di toko tempat aku bekerja. Kemarin kami pertama kali bertemu saat dia meminjam kaset dari toko ku.”
“Lalu, dimana pertemuan kedua kalian?”
“Tadi pagi dia hampir akan menabrak ku... kemudian pertemuan ketiga ya di kelas tadi.”
“Yaaaaaak... kenapa semuanya terjadi pada mu? Kenapa dia tidak menabrak ku saja?! Kalau begitu kalian sudah dekat?”
“Tidak juga, kenapa?”
“Bisakah kamu membantu ku? Aku ingin lebih dekat dengannya. Tolong kenalkan aku padanya. Ya???”
“Tapi...”
“Ayolah... bukankah kita berteman? Sini aku bantu bersihin luka kamu.”
“Argghhh... sakit. Sudah biar aku saja.”
Seorang siswa yang sekelas dengan mereka kemudian masuk ke dalam UKS dan mengatakan bahwa wali kelas ingin bertemu dengan Na Eun. Na Eun di suruh untuk membawa catatan kas kelas.Na Eun pun pergi sementara Bomi memilih untuk tinggal sementara di dalam UKS.
Bomi melihat anak-anak yang sedang bermain basket dari jendela. Perhatian Bomi teralih ketika melihat Pheniel sedang bermain basket bersama anak lainnya.
“Hm...anak itu cepat akrab juga dengan yang lain.”
Bomi mengalihkan pandangannya ke arah lain, terlihat beberapa siwa perempuan sedang berdiri di pinggir lapangan dan meneriakan nama Pheniel.
“Cihh... bahkan dalam waktu sehari dia sudah mempunyai banyak penggemar.”
Saat sedang asik memandangi Pheniel, tiba-tiba Pheniel melihat ke arahnya membuat Bomi terkejut. Pheniel pun tersenyum dan melambaikan tangannya. 
To Be Continued