WAITING 4 LOVE? WAITING FOR END
Beberapa orang
tengah berkumpul di mejanya. Mereka sepertinya sedang membicarakan mengenai
latihan basket. Tiba-tiba seorang gadis masuk dan mengajak Sungjae untuk bicara
berdua. Aku yang melihat hal itu timbul rasa curiga dan ku putuskan untuk
mengikuti mereka.
“Bian, aku
ke toilet sebentar ya.”
“Aku
ikut...”
“Ah?
Jangan kamu disini aja. Sebentar kok.
Tunggu ya!” aku pun segera pergi mencari mereka berdua. Setelah beberapa lama
akhirnya aku menemukan mereka sedang berbicara di taman belakang. Gadis itu
tampak tersenyum bahagia, lalu ia mengenggam tangannya. Entah apa yang sedang
mereka bicarakan.
Mereka
sedang berbicara di bawah pohon, jadi supaya aku bisa mendengarkan pembicaraan
mereka, aku pura-pura duduk di balik pohon tempat mereka bicara sambil membaca
buku yang tadi aku bawa. Aku pun langsung dapat mendengarkan dengan jelas
pembicaraan mereka.
"Sungjae,
makasih. Aku sangat bersyukur dan bahagia. Ini semua karena mu. Aku selalu
dapat mengandalkan mu. Kamu adalah teman terbaik ku.”
“Teman? Jadi dia bukan pacarnya Sungjae?
Ah...syukurlah. Aku lega sekarang. Hm...sebenarnya apa yang sedang aku perbuat?
Aku seperti penguntit. Tidak sepantasnya aku mendengarkan percakapan mereka.
Sebaiknya aku pergi sekarang.”
“Apa kau sedang
menyukai seseorang sekarang? Kalau ada beritahu aku. Aku akan membantu mu
sebagai ucapan terimakasih karena kamu sudah membantu ku.”
“Orang yang di sukai Sungjae? Siapa? Siapa?
Aku juga ingin tahu, apakah kamu sedang menyukai seseorang?”
Karena aku ingin
mengetahui jawabannya, aku tidak jadi
pergi dan memutuskan untuk terus mendengarkan percakapan mereka.
“Tidak
ada. Aku tidak sedang menyukai seseorang sekarang.”
“Benarkah?”
“Benarkah?”
ups, aku keceplosan. Bagaimana ini? “BENARKAH POHON INI BERJENIS KELAMIN
PEREMPUAN?” aku menunduk pura-pura sedang mencari sesuatu di bawah pohon itu.
“Eh, Sungjae...sedang apa kalian disini? Kalau begitu aku pergi dulu. Permisi.
Hehe... sepertinya pohon ini laki-laki, daunnya lebat sekali. Hehe...selamat
tinggal.” Aku pun segera mengambil langkah seribu.
Aku
menarik napas lega setelah berhasil kabur dari sana. Aku merasa sangat senang
karena ternyata saat ini Sungjae sedang tidak menyukai seseorang. Itu artinya
aku masih mempunyai harapan. “Yes!”
“Apanya
yang yes?” tanya Bian yang tanpa aku ketahui sudah berada di belakang ku.
“Itu...a...anu...yes
akhirnya lega juga. Hehe...”
“Katanya
kamu pergi ke toilet tapi aku cari kesana kamu nggak ada. Sebenarnya kamu habis
dari mana sih?”
“Oh,
aku emang habis dari toilet tapi cuma sebentar terus balik lagi tapi ternyata
kamunya udah nggak ada terus aku cari-cari gitu deh...he...”
“Oh...mungkin
kita beda jalan. Ayo kita ke kelas.”
Aku
pun mengangguk dan pergi ke kelas bersama Bian. Saat tiba di kelas, aku melihat
Sungjae sudah berada di tempat duduknya. Ia seperti tengah melihat ke arah
jendela dan tidak menyadari kedatangan kami.
Entah
kenapa rasanya tidak nyaman melihatnya seperti itu. Sepertinya dia sedang
memikirkan sesuatu.
Bel
pulang berbunyi. Tapi karena aku ada ekskul melukis di sekolah, aku tidak
langsung pulang dan segera pergi ke studio. Dari studio tempat aku melukis, aku
dapat melihat anak-anak basket yang juga sedang mengikuti ekskul. Salah satu
diantaranya adalah Sungjae. Saat sedang asik melihat Sungjae aku juga melihat
gadis yang saat itu mengajak Sungjae untuk berbicara berdua sedang duduk
menonton di pinggir lapangan.
Sepertinya
latihannya sudah selesai karena mereka semua pergi meninggalkan lapangan.
Sungjae dan seorang laki-laki menuju ke tempat gadis itu duduk. Gadis itu lalu
menyodorkan handuk dan juga botol minuman ke arah laki-laki yang berdiri di
samping Sungjae. Gadis itu juga menyodorkan botol minuman ke arah Sungjae tapi
Sungjae menolak dan mengambil botol minumannya sendiri dari dalam tasnya.
Tidak
berapa lama gadis itu dan teman laki-lakinya meninggalkan lapangan. Kini
tinggal Sungjae yang duduk sendiri di sana sambil tertunduk lesu.
“Dilla.”
“Ah...ya.”
“Apa
kamu sudah menyelesaikan lukisan mu?”
“Maaf...akan
segera saya selesaikan.”
Aku
kembali fokus pada lukisan ku. Setelah selesai aku melihat ke lapangan basket
tapi ternyata Sungjae sudah tidak ada.
“Pak
Guru...saya sudah selesai. Saya permisi pulang.”
Aku
menuju ke arah parkiran untuk mengambil motor. Tanpa sengaja aku berpapasan
dengannya. Ternyata dia belum pulang, tapi dia sudah berganti pakaian tidak
menggunakan seragam basket lagi.
“Kau
baru pulang.”
“Ah! Sungjae bertanya padaku...aku harus
menjawab apa?” aku panik karena saat ini kami hanya berdua saja. “Iya,
kamu...juga.”
“Ya.
Kamu ikut ekskul lukis?”
“Bagaimana
kamu tahu?”
“Bukankah
kamu yang melukis dinding untuk pertunjukan tahun lalu?”
“Ah...kamu
tahu?”
“Hm...kamu
melukis dengan baik.”
“Terimakasih.”
Aku
mencoba menyalakan motor ku tapi entah kenapa sepertinya ia tidak mau menyala.
“Ah...sepertinya rusak lagi.”
“Kenapa?”
“Motor
ku tidak mau menyala. Sepertinya rusak lagi. Maklum motor bekas. Motor ini
bekas kakak ku.”
“Kalau
begitu tinggalkan saja motor mu disini. Sekarang sudah malam, aku bisa
mengantar mu pulang.”
“Benarkah?”
“Em...naiklah!”
Kami
akhirnya pulang bersama. Aku merasa senang sekali bisa sedekat ini dengannya.
“Apa
yang biasanya kamu lukis?”
“Ah...apa?”
aku tidak terlalu mendengar pertanyaannya karena suara berisik kendaraan yang
lain.
“Kamu
biasanya melukis apa?”
“Oh...pemandangan.”
“Kamu
tidak pernah melukis orang?”
“Tidak.”
“Kenapa?”
“Aku
hanya akan melukis orang yang spesial.”
“Benarkah...apa
kamu ingin minum sesuatu? Bagaimana kalau kita berhenti dulu di mini market
depan.”
Kami
pun berhenti untuk membeli minuman. Kami berdiri di depan tempat minuman cukup
lama. Aku tidak tahu apa yang sebaiknya aku beli. Jadi aku menunggu dia
mengambil terlebih dahulu lalu aku mengambil minuman yang sama dengannya. Kami
duduk di luar toko sambil meminum minuman yang tadi kami beli.
“Apakah
kamu pernah membuat sebuah keputusan yang sulit?” Sungjae membuang botol
minumannya yang telah habis.
“Emm...entahlah
apakah ini sulit atau tidak, tapi aku pernah merasa sulit membuat keputusan
untuk melukis apa dalam lomba lukis yang aku ikuti. Aku ingin tahu apa yang
perserta lain lukis. Apakah mereka melukis
hal yang sama dengan ku atau tidak. Apakah warna yang sebaiknya aku gunakan
dalam lukisan ku. Hal-hal seperti itu. Kamu?”
“Sekarang
aku sedang mengalaminya.”
“Benarkah?
Apa itu?”
“Aku
tidak tahu apakah aku harus mengatakan hal ini atau tidak. Karena jika aku
mengatakan hal ini mungkin sesuatu tidak akan sama lagi. Atau semuanya akan
tetap sama tentang satu hal. Tapi
terkadang aku ingin mengatakannya hanya agar membuat hati ku merasa lebih lega.
Setidaknya aku mengatakannya, walau tidak berharap lebih dari sekedar
pemahaman.”
Aku
tidak terlalu mengerti dengan apa yang Sungjae katakan. “Apakah itu seperti
pengakuan?”
“Hm... tapi ini
bukan dosa,” Sungjae mengela nafas lalu bangkit. “Ini pengakuan yang memerlukan
jawaban. Tapi kadang sebelum kita mengatakan pengakuan kita, kita sudah tahu
jawabannya.” Akhirnya tanpa terasa kami sudah sampai.
“Terimakasih.”
“Dilla...”
“Ya???”
“Ini
buku mu, tadi siang jatuh di bawah pohon di taman belakang sekolah.”
“Oh...
terimakasih...”
“Oh
ya...”
“Ya???”
“Pohon
itu laki-laki.”
“Ah???”
“Buah
pohon ginkonya tidak terbuka jadi pohon itu laki-laki. Aku pergi.”
Aku
terus melihat Sungjae pergi sampai tidak terlihat lagi. Lalu aku menatap langit
yang saat itu dipenuhi dengan bintang. Esok
harinya aku sengaja pura-pura memeriksa motor ku sambil menunggu Sungjae datang
di parkiran.
“Pagi.”
“Pagi.”
“Motor
mu belumdi bawa ke bengkel?”
“Iya.
Tapi sebentar lagi orang bengkelnya datang kok. Terimakasih sekali lagi karena
sudah mengantarku pulang kemarin.”
“Tidak
masalah. Kita kan teman sekelas.”
“Sungjae!”
seseorang yang ternyata adalah gadis yang kemarin bersama Sungjae memanggil
nama Sungjae.
"Aku
pergi dulu.”
“Baiklah,
sampai ketemu di kelas.”
Sungjae
lalu menghampiri gadis itu, mereka lalu berjalan bersama.
Saat
aku masuk ke kelas, Bian mengatakan bahwa guru pelajaran pertama tidak bisa
masuk. Aku juga melihat kursi sungjae kosong tapi tasnya ada. Aku memutuskan
untuk pergi ke studio untuk melukis. Disana aku melukis sampai tidak terasa
sudah satu jam berlalu, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat sedang
berjalan melewati taman belakang, tiba-tiba aku mendengar suara Sungjae yang
sedang berdebat dengan seseorang. Karena pernasaran aku menghampiri ke asal
suara itu.
“Aku
menyukai mu?”
“Apa
kamu bilang?”
“Aku
bilang aku menyukai mu.”
“Kamu
gila! Aku kan pacar teman kamu sendiri.”
“Andai
aku bisa memilih mencintai seseorang, aku juga berharap orang itu bukan pacar
teman ku sendiri.”
“Maaf,
tapi aku tidak bisa.”
“Aku
tahu. Aku hanya ingin kamu mengetahui perasaan ku. Aku tidak menuntut mu untuk
bersama ku. Aku hanya...”
Saat
aku mendenganya menyatakan cinta pada gadis lain, saat itu juga hati ku hancur.
Aku idak sanggup lagi mendenganya. Aku berjalan kembali ke arah studio,
kemudian membuka sebuah lukisan. Lukisan Sungjae yang belum selesai aku lukis.
Aku tidak pernah menyangka akan patah hati disaat yang sama dengannya. Aku
mencintai seseorang yang mencintai orang lain, dan seseorang itu juga mencintai
seseorang yang mencintai orang lain. Bedanya dia masih sempat mengatakan
perasaannya pada oran itu sedangkan aku tidak. Sekarang perasaan aku sudah
tidak penting lagi karena aku sudah tahu perasaannya. Aku pun menyimpan lukisan
itu di lemari tempat ku menyimpan semua lukisan milik ku.
“Dilla...”
“Sungjae?”
“Aku
melihat pintunya terbuka jadi aku masuk. Kamu sedang apa?”
“Aku
hanya...” entah kenapa air mata ku mengalir begitu saja.
“Kau menangis.
Hei ada apa sebenarnya?”
“Ah... maaf...
aku tidak apa-apa..” “Aku mohon jangan
baik pada ku.” Bel pelajaran selanjutnya pun berbunyi. Memecah kesunyian
diantara kami. “Sebaiknya kita kembali ke kelas. Pelajaran selanjutnya akan
segera dimulai.” Aku pun berjalan meninggalkan ruangan.
“Apakah ini
lemari mu? Aku ingin melihat lukisan mu.”
Aku segera
berbalik saat mendengar perkataannya. Saat aku berbalik aku melihat dia sedang
membuka lemari ku dan tampak tertegun melihat sesuatu. Ia lalu mengambil
lukisan dari dalam lemari.
“Ini...”
Ada juga hal yang
tidak perlu dikatakan tapi dia akan mengerti dengan sendirinya.